Basarnas pastikan lokasi temuan serpihan pesawat Trigana
http://bsy-news.blogspot.com/2015/08/basarnas-pastikan-lokasi-temuan.html
Badan SAR Nasional telah memastikan lokasi temuan serpihan pesawat milik Trigana Air yang jatuh dalam penerbangan dari Jayapura menuju Oksibil di di Pegunungan Bintang Papua. Basarnas telah mendapat foto serpihan pesawat. ☆
Badan SAR Nasional telah memastikan lokasi temuan serpihan pesawat milik Trigana Air yang jatuh dalam penerbangan dari Jayapura menuju Oksibil di di Pegunungan Bintang Papua.
Hal itu dikemukakan Mayjen TNI Heronimus Guru, selaku Deputi Bidang Operasional Basarnas, dalam jumpa pers Senin (17/08).
"Kami telah mendapat foto serpihan pesawat yang diambil dari udara. Dan dari tiga kali penerbangan, kami bisa memastikan itu pesawat yang dicari," kata Heronimus.
Meski demikian, tim SAR gabungan belum bisa mencapai lokasi karena kabut telah turun. Heronimus mengatakan pasukan darat harus sampai ke lokasi untuk menyiapkan helipad sehingga memudahkan helikopter mendarat.
"Sudah tertutup (kabut), helikopter sudah tidak bisa masuk. Itu hutan ekstrem, sulit ditembus. Mereka pun kini bermalam di Oksibil. Besok kita lanjutkan sepagi mungkin, 06.30 WIT sudah bergerak. Namun, itu tergantung cuaca," ujarnya.
Kepulan asap
Sebelumnya, Kepala Badan SAR Nasional, Bambang Soelistyo, menyatakan pihaknya menyiapkan dua tim SAR darat gabungan setelah tim SAR yang menggunakan pesawat melihat serpihan dan kepulan asap yang diduga berasal dari pesawat Trigana Air tipe ATR 42.
“Lokasinya berada pada ketinggian 8.500 kaki di atas permukaan laut dan berada sekitar 50 kilometer dari Bandara Oksibil,” kata Kepala Basarnas, Bambang Soelistyo kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.
Dua tim gabungan itu terdiri dari 50 anggota SAR, polisi, dan TNI. Di antara anggota tim, Kapolri Badrodin Haiti mengaku telah menyertakan tim forensik, DNA, dan DVI untuk bisa membantu mengidentifikasi korban.
Selain mengerahkan personel, tim SAR gabungan turut menerbangkan satu helikopter jenis Bell milik TNI Angkatan Darat, dua helikopter milik Angkatan Udara, satu pesawat Pilatus milik Susi Air, dan satu unit pesawat Caravan milik Asosiasi Misi Penerbangan (AMA).
Dalam keterangan yang dirilis melalui Twitter, Basarnas menyebutkan luas lokasi pencarian mencapai sekitar 1.879 mil.
Pesawat Trigana Air tipe ATR 42 mengangkut 44 orang dewasa, dua anak, tiga balita dan 5 kru pesawat., antara lain Kapten Pilot Hasanudin.
Pesawat dengan rute Sentani-Oksibil itu hilang kontak pada Minggu (16/08) siang.
Rute pesawat melewati wilayah pegunungan, Oksibil merupakan ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang Papua.Pesawat Trigana Air angkut dana pemerintah sebesar Rp 6,5 miliar Uang yang dibawa adalah dana program simpanan keluarga sejahtera (PSKS) dari Kementerian Sosial yang hendak disalurkan untuk masyarakat miskin di Oksibil. Pesawat Trigana Air tipe ATR 42 mengangkut 44 orang dewasa, dua anak, tiga balita dan 5 kru pesawat., antara lain Kapten Pilot Hasanudin. ☆
Pesawat Trigana Air yang jatuh di Gunung Tangok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, dipastikan membawa dana pemerintah sebesar Rp 6,5 miliar.
Menurut Kepala Kantor Pos Jayapura, Haryono, uang tunai tersebut dijinjing empat pegawai PT Pos Indonesia yang menumpang pesawat. Mereka adalah Agustinus Luarmase, Teguh Warisman, MN Aragae, dan Yustinus Hurulean.
Uang itu adalah dana program simpanan keluarga sejahtera (PSKS) dari Kementerian Sosial yang hendak disalurkan Kantor Pos Jayapura untuk masyarakat miskin di Oksibil.
“Kami memang mengutus mereka ke sana mengingat dana yang dibawa dalam jumlah besar,” ujar Haryono kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.
Haryono menyebutkan pemberian dana dalam bentuk tunai ke wilayah-wilayah terpencil ialah sesuatu yang rutin. Pasalnya, di daerah yang dituju kerap tidak dilengkapi fasilitas bank. Tidak jarang pula daerah tujuan belum memiliki listrik.
Infrastruktur
Soal minimnya infrastruktur di sejumlah daerah di Papua juga diutarakan Gerry Soejatman, pengamat penerbangan.
Disebutkan Gerry, landasan udara di Papua banyak yang belum memiliki menara pengatur lalu lintas udara (air traffic controller/ATC) dan stasiun pemantau cuaca.
“Fasilitas di Papua memang tidak memadai sehingga menimbulkan risiko. Karena itu, kapten penerbang di Papua tidak hanya harus benar-benar berpengalaman, tapi juga berpengalaman terbang di Papua. Pengetahuan navigasi dan kemampuan membaca perilaku cuaca para pilot di Papua mesti sangat bagus” ujarnya.
Konsekuensinya, kata Gerry, para pilot di Papua dapat menjadi instruktur penerbangan yang handal. “Mereka menjadi sumber pengalaman yang bagus.”
Menurutnya, wilayah Papua berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Selain pergerakan cuacanya berbeda, kontur pegunungan di Papua menyulitkan penerbang.
“Kalau hari ini hujan lebat, misalnya, keesokan harinya kabut sepanjang hari. Namun, penerbangan tidak bisa dibatalkan karena banyak orang tergantung dengan bahan makanan yang dibawa pesawat,” katanya.
Pencarian
Pesawat Trigana Air tipe ATR 42 mengangkut 44 orang dewasa, dua anak, tiga balita dan 5 kru pesawat, antara lain Kapten Pilot Hasanudin.
Pesawat dengan rute Sentani-Oksibil itu hilang kontak pada Minggu (16/08) siang.
Rute pesawat melewati wilayah pegunungan, Oksibil merupakan ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang Papua.
Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih, Teguh Pujiharjo, mengatakan pihak Basarnas, TNI, dan Polri saat ini tengah mengerahkan 260 personel dari Oksibil untuk menemukan badan pesawat.
Adapun sebanyak delapan pesawat, termasuk tiga helikopter, diterbangkan dari Jayapura ke kawasan Gunung Tangok.
Badan SAR Nasional telah memastikan lokasi temuan serpihan pesawat milik Trigana Air yang jatuh dalam penerbangan dari Jayapura menuju Oksibil di di Pegunungan Bintang Papua.
Hal itu dikemukakan Mayjen TNI Heronimus Guru, selaku Deputi Bidang Operasional Basarnas, dalam jumpa pers Senin (17/08).
"Kami telah mendapat foto serpihan pesawat yang diambil dari udara. Dan dari tiga kali penerbangan, kami bisa memastikan itu pesawat yang dicari," kata Heronimus.
Meski demikian, tim SAR gabungan belum bisa mencapai lokasi karena kabut telah turun. Heronimus mengatakan pasukan darat harus sampai ke lokasi untuk menyiapkan helipad sehingga memudahkan helikopter mendarat.
"Sudah tertutup (kabut), helikopter sudah tidak bisa masuk. Itu hutan ekstrem, sulit ditembus. Mereka pun kini bermalam di Oksibil. Besok kita lanjutkan sepagi mungkin, 06.30 WIT sudah bergerak. Namun, itu tergantung cuaca," ujarnya.
Kepulan asap
Sebelumnya, Kepala Badan SAR Nasional, Bambang Soelistyo, menyatakan pihaknya menyiapkan dua tim SAR darat gabungan setelah tim SAR yang menggunakan pesawat melihat serpihan dan kepulan asap yang diduga berasal dari pesawat Trigana Air tipe ATR 42.
“Lokasinya berada pada ketinggian 8.500 kaki di atas permukaan laut dan berada sekitar 50 kilometer dari Bandara Oksibil,” kata Kepala Basarnas, Bambang Soelistyo kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.
Dua tim gabungan itu terdiri dari 50 anggota SAR, polisi, dan TNI. Di antara anggota tim, Kapolri Badrodin Haiti mengaku telah menyertakan tim forensik, DNA, dan DVI untuk bisa membantu mengidentifikasi korban.
Selain mengerahkan personel, tim SAR gabungan turut menerbangkan satu helikopter jenis Bell milik TNI Angkatan Darat, dua helikopter milik Angkatan Udara, satu pesawat Pilatus milik Susi Air, dan satu unit pesawat Caravan milik Asosiasi Misi Penerbangan (AMA).
Dalam keterangan yang dirilis melalui Twitter, Basarnas menyebutkan luas lokasi pencarian mencapai sekitar 1.879 mil.
Pesawat Trigana Air tipe ATR 42 mengangkut 44 orang dewasa, dua anak, tiga balita dan 5 kru pesawat., antara lain Kapten Pilot Hasanudin.
Pesawat dengan rute Sentani-Oksibil itu hilang kontak pada Minggu (16/08) siang.
Rute pesawat melewati wilayah pegunungan, Oksibil merupakan ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang Papua.Pesawat Trigana Air angkut dana pemerintah sebesar Rp 6,5 miliar Uang yang dibawa adalah dana program simpanan keluarga sejahtera (PSKS) dari Kementerian Sosial yang hendak disalurkan untuk masyarakat miskin di Oksibil. Pesawat Trigana Air tipe ATR 42 mengangkut 44 orang dewasa, dua anak, tiga balita dan 5 kru pesawat., antara lain Kapten Pilot Hasanudin. ☆
Pesawat Trigana Air yang jatuh di Gunung Tangok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, dipastikan membawa dana pemerintah sebesar Rp 6,5 miliar.
Menurut Kepala Kantor Pos Jayapura, Haryono, uang tunai tersebut dijinjing empat pegawai PT Pos Indonesia yang menumpang pesawat. Mereka adalah Agustinus Luarmase, Teguh Warisman, MN Aragae, dan Yustinus Hurulean.
Uang itu adalah dana program simpanan keluarga sejahtera (PSKS) dari Kementerian Sosial yang hendak disalurkan Kantor Pos Jayapura untuk masyarakat miskin di Oksibil.
“Kami memang mengutus mereka ke sana mengingat dana yang dibawa dalam jumlah besar,” ujar Haryono kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.
Haryono menyebutkan pemberian dana dalam bentuk tunai ke wilayah-wilayah terpencil ialah sesuatu yang rutin. Pasalnya, di daerah yang dituju kerap tidak dilengkapi fasilitas bank. Tidak jarang pula daerah tujuan belum memiliki listrik.
Infrastruktur
Soal minimnya infrastruktur di sejumlah daerah di Papua juga diutarakan Gerry Soejatman, pengamat penerbangan.
Disebutkan Gerry, landasan udara di Papua banyak yang belum memiliki menara pengatur lalu lintas udara (air traffic controller/ATC) dan stasiun pemantau cuaca.
“Fasilitas di Papua memang tidak memadai sehingga menimbulkan risiko. Karena itu, kapten penerbang di Papua tidak hanya harus benar-benar berpengalaman, tapi juga berpengalaman terbang di Papua. Pengetahuan navigasi dan kemampuan membaca perilaku cuaca para pilot di Papua mesti sangat bagus” ujarnya.
Konsekuensinya, kata Gerry, para pilot di Papua dapat menjadi instruktur penerbangan yang handal. “Mereka menjadi sumber pengalaman yang bagus.”
Menurutnya, wilayah Papua berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Selain pergerakan cuacanya berbeda, kontur pegunungan di Papua menyulitkan penerbang.
“Kalau hari ini hujan lebat, misalnya, keesokan harinya kabut sepanjang hari. Namun, penerbangan tidak bisa dibatalkan karena banyak orang tergantung dengan bahan makanan yang dibawa pesawat,” katanya.
Pencarian
Pesawat Trigana Air tipe ATR 42 mengangkut 44 orang dewasa, dua anak, tiga balita dan 5 kru pesawat, antara lain Kapten Pilot Hasanudin.
Pesawat dengan rute Sentani-Oksibil itu hilang kontak pada Minggu (16/08) siang.
Rute pesawat melewati wilayah pegunungan, Oksibil merupakan ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang Papua.
Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih, Teguh Pujiharjo, mengatakan pihak Basarnas, TNI, dan Polri saat ini tengah mengerahkan 260 personel dari Oksibil untuk menemukan badan pesawat.
Adapun sebanyak delapan pesawat, termasuk tiga helikopter, diterbangkan dari Jayapura ke kawasan Gunung Tangok.